Tradisi Pernikahan dalam Suku dan Kebudayaan Melayu

Tradisi Pernikahan dalam Suku dan Kebudayaan Melayu – Kebudayaan melayu merupakan kebudayaan spaceman yang melekat pada bangsa sejak dulu dan merupakan kebudayaan nusantara. Yang paling dominan dalam kebudayan melayu adalah persamaan agama, adat, dan bahasa.Kebudayaan melayu merupakan salah satu pilar penopang kebudayaan nasional Indonesia khususnya dan kebudayaan dunia umumnya, di samping aneka budaya lainnya. Budaya Melayu tumbuh subur dan kental di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Budaya melayu identik dengan agama, bahasa, dan adat-istiadat. Pada dasarnya tiap kebudayaan mempunyai tiga wujud, seperti yang diklasifikasikan oleh koentjaranigrat bahwa kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu ide, aktivitas, dan artefak.

Dalam Sambutannya, Kepala OR Arbastra, Herry Jogaswara menyampaikan, diskusi kemelayuan dalam konteks arkeologi prasejarah dan sejarah dengan kemelayuan Indonesia dalam konteks politik, budaya manuskrip, dan sebagainya. Satu hal penting dalam perspektif arkelogi yaitu melihat relasi kemelayuan dan keindonesian. Arkeologi tentu berbasis material, maka harus kuat, mulai dari permukiman yang bisa memperlihatkan kemelayuan dalam relasi keindonesiaan maupun nusantara.

Kemelayuan sangat menarik, wilayah melayu tidak hanya kultural. Mereka mempunyai grup diskusi yang memperbincangkan suatu bahasan, seperti reog ponorogo. Masalahnya bukan klaim namun bagaimana sebuah tradisi dan seni yang kemudian punya akar budaya nusantara yang kuat. Selama ini ada pendapat, misalnya negara lain bisa mengklaim. Klaim itu misalnya reog di Malaysia yang hidup dalam kumunitas.  Ada beberapa macam tradisi kebudayaan melayu :

Tradisi Nikah-Kawin Suku Melayu

Nikah-kawin terjadi tentu saja Slot Mahjong berawal dari sentuhan pandang memandang. Dalam hal ini besar kemungkinan bermula dari sentuhan pandangan antar lelaki (anak bujang) dengan perempuan (anak gadis). Tapi juga bisa terjadi dari pandangan ibu-bapa atau kaum kerabat yang berminat untuk mencarikan jodoh anaknya. Bila seorang anak bujang memberitahukan gadis pujaannya kepada ibu-bapanya maupun kaum kerabat memandang ada seorang anak gadis yang patut menjadi jodoh anaknya, maka pihak keluarga lelaki mulailah melakukan semacam kegiatan yang bernama merisik.

    Merisik

Salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orang lain. Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita.

    Meminang

Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.

    Berinai

Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di atas pelaminan. Rangkaian acara ber-inai diawali dengan acara tersendiri yakni khatam Al-Qur’an yang dilaksanakan oleh keluarga-keluarga terdekat. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan melaksanakan upacara di-Tepung Tawari. Ritual Tepuk Tepung Tawar adalah suatu upacara adat budaya Melayu peninggalan para raja terdahulu. Pemberian “tepung tawar” kepada calon mempelai biasanya diiringi dengan doa dan harapan dipimpin oleh yang dituakan; dilakukan oleh orangtua, sesepuh dan tokoh-tokoh adat yang dihormati. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan diberi daun inai yang telah ditumbuk halus pada kuku-kuku jari tangan dan kakinya. Malam ber-inai lazim dimeriahkan dengan iringan bunyi-bunyian seperti gendang dan nyanyian lagu-lagu Melayu lama, ataupun diadakan tari gambus.

    Berandam

Upacara berandam lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari “kotoran” dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci. Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.

    Menikah ( Akad Nikah )

Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian haji (memakai topi haji dan jubah). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa mahar atau mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu, juga menyertakan barang-barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah.

    Bersanding

Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun. Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari :

– Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.
– Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
– Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
– Pengantin pria berpakaian lengkap
– Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.
– Pemegang payung kuning.
– Orang tua mempelai pria.
– Saudara-saudara kandung pengantin pria.
– Kerabat atau sanak famili Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian Penyambutan.

Di pintu gerbang kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning. Selanjutnya, dilakukan acara “Hempang Pintu” (berbalas pantun) oleh kedua juru bicara pengantin. Saat itu, pihak keluarga mempelai perempuan telah menghempang kain sebagai “penghalang” di depan pintu tempat upacara. selendang baru akan dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan Uncang (kantong pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai „Hempang Pintu‟. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang oleh pihak mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang (kanong pindit) berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan. Kedua mempelai duduk di pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.

    Tepuk Tepung Tawar

Ritual adat ini merupakan toto macau ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai melakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa “bunga telur” yakni berupa bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai.

    Makan Nasi Hadap – hadapan

Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati.

    Memberi hormat pada Mertua

Upacara ini dilakukan apabila di siang harinya kedua mempelai telah disandingkan di pelaminan, maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara memberi hormat pada mertua. Pengantin laki-laki dan wanita dengan diiringi oleh rombongan kerabat pengantin wanita berkunjung ke rumah orangtua pengantin laki-laki dengan membawa beraneka hidangan tertentu.

    Berdimbar ( Mandi Taman )

Seusai acara bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual “memandikan” kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling menyemburkan air. Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para undangan biasanya juga akan saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang dilakukan.

Keunikan dari Budaya Suku Toraja yang Cukup di Kagumi

Keunikan dari Budaya Suku Toraja yang Cukup di Kagumi – Indonesia adalah negeri yang kaya akan keluaran macau keanekaragaman budaya, salah satunya terletak pada suku-suku yang mendiami setiap daerah di tanah air. Salah satu suku yang memiliki kekayaan budaya yang menakjubkan adalah suku Toraja. Suku Toraja tinggal di daerah pegunungan Sulawesi Selatan dan terkenal dengan rumah adat mereka yang unik dan memikat. Rumah adat ini adalah simbol keindahan dan kearifan budaya yang memikat. Indonesia kaya akan tradisi yang unik dari beragam suku. Salah satunya, Suku Toraja yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan. Kebudayaan Suku Toraja memiliki daya tarik tersendiri.

Pasalnya, nuansa mistik masih melekat pada suku ini. Berbagai tradisi leluhur pun masih dijaga sampai sekarang. Hal ini menarik perhatian para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Berbagai kelompok etnis mewarnai keragaman yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Suku Toraja. Suku Toraja adalah penduduk asli yang berasal dari Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan yang menetap di sekitar pegunungan bagian utara. Tradisi suku Toraja terkenal dengan keunikananya. Hal ini lantas membuat Toraja menjadi salah satu tujuan wisata budaya yang tersohor hingga mancanegara. Suku Toraja di Sulawesi selatan mendiami Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. Suku Toraja memiliki sejumlah tradisi unik yang menarik untuk disaksikan. Salah satu tradisi yang cukup populer adalah Rambu Solo, atau upacara adat kematian suku Toraja. Namun, ada banyak tradisi suku Toraja lainnya yang tidak kalah unik.

Baca Juga : Memahami Konsep dan Bagian Rumah Adat Suku Madura

Ma’Nene

Ma’Nene merupakan upacara mengganti pakaian dan merias jasad keluarga yang telah lama dikuburkan. Tradisi ini dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, setelah panen besar di bulan Agustus. Tradisi ini dilakukan dengan cara mengeluarkan slot gacor gampang menang jasad dari dalam peti. Setelah itu, anak dan cucunya lah yang membersihkannya dan mendandani jasad tersebut selayaknya masih hidup. Selama proses pembersihan berlangsung, kaum laki-laki membentuk lingkaran. Mereka menyanyikan lagu-lagu yang melambangkan kesedihan dan kebahagiaan jasad sebelum meninggal. Tujuannya, supaya keluarga yang ditinggalkan jasad terhibur.

Rompo Bobo Bonnang

Tradisi yang satu ini merupakan upacara untuk melangsungkan pernikahan. Tata caranya paling sederhana. Keluarga mempelai pria beserta mempelai pria akan mendatangi keluarga mempelai wanita. Selanjutnya, orang tua mempelai wanita akan menyambut kedatangan mereka dan diadakanlah perjamuan makan bersama. Setelah itu, para keluarga mempelai pria akan kembali pulang. Namun, mempelai pria yang akan tetap tinggal di rumah mempelai wanita.

Perkuburan Adat Toraja

Suku Toraja memiliki starlight princess beragam jenis tempat pemakaman. Ada pemakaman dalam goa, pemakaman batu ukir, pemakaman gantung, pemakaman pohon, dan sebagainya. Yang paling mahal adalah pemakaman batu ukir. Oleh karena itu, hanya jenazah para bangsawan yang dimakamkan di pemakaman batu berukir. Tempat pemakaman di Toraja yang unik ini menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan.

Rumah Adat Tongkongan

Ketika berkunjung ke Toraja, salah satu ciri khas yang paling mudah dikenali adalah rumah adat Tongkongan. Bentuk atapnya yang menjulang ke depan dan ke belakang menjadi ciri khas Suku Toraja. Rumah ini didirikan di atas tumpukan kayu dan dihiasi banyak ukiran warna merah, hitam dan kuning. Ada tiga jenis rumah Tongkongan, yaitu tongkonan layuk yang digunakan untuk pemerintahan, tongkonan pekamberan yang dimiliki keluarga dengan wewenang tertentu, serta tongkonan batu untuk keluarga biasa.

Rambu Solo’

Rambu Solo’ adalah tradisi pemakaman ala Suku Toraja. Tradisi ini dilakukan untuk menghormati sekaligus mengantarkan arwah menuju alam akhirat melalui serangkaian ritual dan doa. Ritual yang dilakukan berupa pertunjukan seni, adu kerbau, hingga mengantarkan jenazah. Tradisi ini bisa berlangsung selama beberapa hari sesuai dengan status sosial keluarga penyelenggara Rambu Solo’. Biayanya pun tidak sedikit. Semakin kaya seseorang, semakin mahal biaya pemakamannya.

Tinggoro Tedong

Tinggoro Tedong merupakan tradisi upacara kematian. Ini masih termasuk dalam serangkaian upacara Rambu Solo’. Pada upacara ini, prosesi penyembelihan kerbau dilakukan dengan cara menebas leher kerbau dengan satu kali tebas saja. Menurut kepercayaan leluhur orang Toraja, kerbau merupakan hewan tunggangan bagi arwah jenazah untuk menempuh perjalanannya menuju alam akhirat.

Sisemba

Sisemba’ adalah tradisi permainan adu kaki yang dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa. Tradisi ini dilakukan di lapangan atau tempat terbuka pada saat merayakan panen raya. Biasanya, permainan ini mempertemukan dua kubu yang berasal dari dua desa yang berbeda. Pesertanya terdiri dari dua orang untuk setiap kubu. Cara bermainnya, kedua kubu bergerak maju, lalu melakukan tendangan ke arah lawan. Terkesan brutal, ya? Walaupun begitu, ada wasit yang bertugas untuk menegur, melerai, bahkan menghentikan pertandingan jika ada yang mengalami cedera atau berbuat curang.

Rompo Allo

Romo Allo merupakan upacara pernikahan yang paling mewah. Perayaan pernikahan bisa dilakukan beberapa hari dengan acara yang cukup meriah. Oleh karena itu, upacara jenis ini hanya dilakukan oleh para bangsawan atau keluarga yang berstatus sosial tinggi saja.

Memahami Konsep dan Bagian Rumah Adat Suku Madura

Memahami Konsep dan Bagian Rumah Adat Suku Madura – Rumah tradisional yang terlihat begitu eksotis dan unik ini memiliki cerita yang menarik di balik setiap detailnya. Nama rumah adat Madura dikenal dengan sebutan Tanean Lanjhang. Istilah server thailand Tanean Lanjhang ini memiliki makna yang unik, tanean berarti halaman panjang dan lanjhang berarti panjang. Apabila digabungkan, Tanean Lanjhang berarti dengan halaman rumah yang memanjang. Berdirinya rumah adat ini juga tidak terlepas dari hubungan keluarga di antara orang Madura. Mengutip dari buku Masyarakat Industri, Islam Kita, Hingga Peran Sastra karya Fathul H. Panatapraja, Madura memiliki budaya yang disebut dengan adiluhung yang berarti rumah cahaya.

Konsep Tanean Lanjhang itu sendiri datang dari pengharapan. Cahaya yang dimaksud dari budaya Madura tersebut berarti spirit dari hidup masyarakat Madura. Masyarakat Madura sendiri memiliki semangat pengayoman dan cita-cita luhur dari ujung kehidupan yakni kemakmuran bersama (keluarga, masyarakat, etnis, dan lainnya). Sama seperti rumah adat lainnya di Indonesia, ada beberapa keunikan tersendiri yang membedakan setiap rumah adat. Biasanya ciri khas dari setiap rumah adat diambil dari keunikan suku Madura.

Konsep Rumah Adat Madura

Bagian Rumah Tanean Lanjhang

Dalam rumah Tanean Lanjhang terdapat pembagian ruang, yaitu wilayah depan (amper) dan wilayah belakang (dalem). Berikut adalah bagian dari rumah Tanean Lanjhang, yakni: Rumah utama rajamahjong atau rumah induk. Mengutip buku Ethnomatematika Budaya Jawa Timur karya Mega Teguh Budiarto, dkk, rumah induk atau rumah utama memiliki ciri khas dengan jengger ayam di atapnya. Rumah utama tersebut yang nantinya ditempati oleh orang tertua di dalam keluarga tersebut. Ibaratnya, orang tertua atau somah tersebut yang menguasai semua kebijakan keluarga terutama masalah pernikahan.

Dapur

Seperti rumah pada umumnya, Tanean Lanjhang juga memiliki dapur di dalam rumahnya. Dapur tersebut berukuran luas garuda slot dan biasanya berada di belakang roma. Biasanya, ukuran dari dapur tersebut, yakni 3,8 meter x 6,6 meter.

Halaman (tanean)

Halaman di rumah Tanean spaceman slot Lanjhang cukup luas dan berbentuk persegi panjang. Ada beberapa istilah luas tanah yang dikenal oleh masyarakat Madura, yakni sakapling, dukapling, salokke, dulokke, dan satabun.

Langghar

Langgar adalah simbol ketaatan masyarakat Madura dalam beragama dan komponen penting dalam proses peribadatan. Langghar biasanya dijadikan sebagai tempat untuk beribadah karena memiliki arti menghadap kiblat. Namun, tidak jarang tempat tersebut dijadikan sebagai ternak, seperti burung atau hasil bumi.

Filosofi Rumah Adat Suku Madura

Rumah adat suku Madura, Tanean Lanjhang, juga mencerminkan filosofi dan nilai-nilai penting bagi masyarakat Madura. Berikut adalah beberapa filosofi yang terkandung dalam rumah adat Tanean Lanjhang:

Identitas budaya dan Kebanggaan

Rumah adat Tanean Lanjhang juga merupakan simbol identitas dan kebanggaan bagi masyarakat Madura. Melalui pelestarian dan penghargaan terhadap rumah adat ini, masyarakat Madura menjaga warisan budaya mereka dan memperkuat rasa persatuan dalam komunitas mereka. Rumah adat ini menjadi saksi sejarah dan merupakan jembatan antara generasi yang akan datang dengan warisan budaya nenek moyang mereka.

Keterikatan dengan Alam

Rumah adat Tanean Lanjhang memiliki hubungan yang erat dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Struktur bangunan kayu dan anyaman bambu mencerminkan penggunaan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan. Selain itu, pekarangan yang luas digunakan untuk berbagai kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan alam, seperti berkebun dan mengeringkan hasil pertanian. Filosofi di balik desain ini adalah untuk menghormati dan menjaga keberadaan alam serta menghargai ketergantungan manusia terhadap sumber daya alam.

Kearifan lokal dan Kesederhanaan

Rumah adat Tanean Lanjhang dirancang dengan sederhana namun nyaman. Ruang tulik, yang merupakan ruang tidur dan privasi keluarga, menunjukkan nilai-nilai kesederhanaan dan kearifan lokal dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Rumah adat ini mengajarkan pentingnya hidup dengan sederhana, menghargai hal-hal yang kecil, dan mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam menghadapi perubahan zaman.

Solidaritas dan Kebersamaan

Rumah adat Tanean Lanjhang didesain dengan ruang sambungan yang luas di bagian depan. Ruang ini digunakan sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi antara anggota keluarga serta menerima tamu . Filosofi di balik desain ini adalah untuk mendorong solidaritas dan kebersamaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat Madura. Rumah adat ini mengajarkan pentingnya saling mendukung dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Keseimbangan dan Kesatuan

Ruang tengah rumah adat Tanean Lanjhang, yang disebut Joglo, memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan dan kesatuan antara kegiatan sehari-hari, kehidupan spiritual, dan hubungan dengan alam. Joglo merupakan tempat untuk memasak, makan, beristirahat, dan juga digunakan untuk beribadah dan acara keagamaan. Filosofi di balik desain ini adalah untuk menunjukkan pentingnya menjaga keseimbangan antara aspek material dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Kearifan lokal dan Kesederhanaan

Rumah adat Tanean Lanjhang dirancang dengan sederhana namun nyaman. Ruang tulik, yang merupakan ruang tidur dan privasi keluarga, menunjukkan nilai-nilai kesederhanaan dan kearifan lokal dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Rumah adat ini mengajarkan pentingnya hidup dengan sederhana, menghargai hal-hal yang kecil, dan mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam menghadapi perubahan zaman.

Identitas budaya dan Kebanggaan

Rumah adat Tanean Lanjhang juga merupakan simbol identitas dan kebanggaan bagi masyarakat Madura. Melalui pelestarian dan penghargaan terhadap rumah adat ini, masyarakat Madura menjaga warisan budaya mereka dan memperkuat rasa persatuan dalam komunitas mereka. Rumah adat ini menjadi saksi sejarah dan merupakan jembatan antara generasi yang akan datang dengan warisan budaya nenek moyang mereka.

Tradisi dan Budaya Suku Masyarakat Sumbawa

Tradisi dan Budaya Suku Masyarakat Sumbawa – Budaya-budaya unik dari berbagai suku di Indonesia memang menarik starlight princess 1000 untuk dipelajari. Budaya unik dari salah satu kepulauan Indonesia bagian Timur dimiliki oleh Nusa Teggara Timur tepatnya Sumba. Sumba adalah salah satu pulau yang terletak di bagian selatan Indonesia yang sangat terkenal akan keindahan alam, adat istiadat serta budayanya. Tak heran, keindahan alam dan tradisi yang masih sangat kental menjadikan Pulau yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini menjadi target para wisatawan baik wisatawan domestik bahkan mancanegara.

Suku Sumba, yang juga dikenal sebagai orang Marapu, adalah masyarakat adat yang tinggal di pulau Sumba di Indonesia. Suku ini dikenal dengan budaya yang unik, kepercayaan tradisional, dan kerajinan tangan yang memukau. Mereka telah tinggal di pulau ini selama ribuan tahun, dan budaya mereka sama kayanya dengan usianya. Para ahli genetika percaya bahwa mereka pertama kali mendiami pantai utara Pulau Sumba pada masa Neolitikum, sekitar tahun 4000 SM. Struktur megalitikum telah dibuat sejak dulu hingga sekarang oleh orang-orang yang hidup selaras dengan alam dan lingkungannya.

Baca Juga : Festival Budaya dari Thailand yang Cukup di Kenal

Tradisi “pahillir”

Tradisi unik lain orang Sumba yang belum terlalu diketahui oleh orang banyak adalah “tradisi Pahillir” atau dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan “tradisi menghindar”. Tradisi ini merupakan larangan keras yang tidak memperbolehkan “anak mantu perempuan dan ayah mertuanya atau anak mantu laki-laki dan ibu mertuanya”  atau “istri ipar dan anak mantu laki-laki” berkomunikasi apalagi bersentuhan secara langsung, bahkan barang-barang milik masing-masing pun tidak boleh disentuh. Bagi Orang Sumba hal tersebut adalah “tabu” dan tidak pantas dilakukan, sehingga ketika mereka bertemu, maka mereka harus “menghindar” atau dalam Bahasa Sumba Timur dikenal dengan istilah pahilir.  Dalam kehidupan sehari-hari, untuk menghindari kontak langsung antara mertua dengan menantu yang berbeda jenis kelamin, biasanya aktivitas dilakukan melalui perantara. Atau kalau terpaksa terutama ketika tidak ada perantara, misalnya untuk melayani makan minum maka biasanya anak mantu menyimpannya di tempat yang bisa dilihat oleh ayah atau ibu mertuanya yang pahilir, lalu biasanya ayah/ibu mertuanya slot server kamboja winrate tertinggi mengerti bahwa itu untuk dia. Makna dari tradisi “pahilir” adalah perlu adanya jarak dalam relasi sehingga tidak memicu hubungan-hubungan yang terlarang.

Tradisi “nyale” dan pasola

Nyale atau mencari cacing laut adalah tradisi yang wajib dilakukan untuk mendahului tradisi Pasola. Dikutip dari Wikipedia Indonesia tradisi nyale adalah salah satu upacara rasa syukur atas anugerah yang didapatkan, yang ditandai dengan datangnya musim panen dan cacing laut yang melimpah di pinggir pantai. Adat tersebut dilaksanakan pada waktu bulan purnama dan cacing-cacing laut/nyale keluar di tepi pantai. Bila nyale tersebut gemuk, sehat, dan berwarna-warni, pertanda tahun tersebut akan mendapatkan kebaikan dan panen yang berhasil. Sebaliknya, bila nyale kurus dan rapuh, akan didapatkan malapetaka. Setelah tradisi nyale dilakukan pada malam hari, maka pada keesokan harinya akan diadakan tradisi Pasola. Pasola adalah atraksi menunggang kuda dan dilakukan saling melempar tombak antar dua kelompok yang berlawanan. Tombak yang digunakan juga bukan tombak yang tajam, namun tetap saja akan ada yang terluka, entah kuda tunggangan ataupun para peserta pasola. Jika dalam tradisi itu ada peserta pasola yang terluka dan ada darah yang tercucur dianggap berkhasiat untuk kesuburan tanah dan kesuksesan panen.

Tradisi belis

Belis merupakan tradisi penyerahan mas kawin oleh pihak pria kepada pihak wanita. Belis dalam adat Orang Sumba bisa berupa ternak seperti kuda dan kerbau. Besarnya belis seorang Wanita Sumba biasanya tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak.  Jika yang akan dinikahi adalah wanita dengan status sosial tinggi, maka hewan yang diberikan mencapai 30 ekor. Untuk rakyat biasa sekitar 5-15 ekor, dan untuk golongan yang lebih bawah lagi (disebut dengan hamba atau ata) dibayar oleh tuan (disebut maramba) mereka. Selain itu, penyerahan belis juga dapat berupa mamuli. Mamuli adalah perhiasan yang biasanya terbuat dari emas. Mamuli sendiri memiliki simbol gambaran rahim atau simbol kemampuan reproduksi wanita. live baccarat online Kemudian, pihak wanita akan membalas pemberian pihak pria tersebut dengan ternak berupa babi, sarung dan kain khas Sumba.

Selain itu, pihak wanita pun harus menyiapkan perhiasan (dikenal dengan hada) dalam Bahasa Sumba Timur, sarung, dan perlengkapan rumah tangga untuk anak gadis mereka. Bahkan pihak wanita yang berasal dari garis keturunan bangsawan biasanya memberikan hamba atau dikenal dengan dengan “ata: pada anak gadis mereka. Hal ini menjadi kesepakatan antara pihak laki-laki dan pihak perempuan dan tentunya akan mempengaruhi jumlah belis yang harus diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Biasanya ketika seorang gadis Sumba membawa hamba/ata dari keluarganya, maka jumlah belis yang harus diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan pun semakin besar.

Tradisi Kawin antara Sepupuan

Satu hal lagi yang cukup unik dari Orang Sumba adalah mengenai tradisi perkawinan sedarah antara “anak om dan anak tante” (sepupuan) yang diperbolehkan bahkan sangat dianjurkan. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan agar semakin mempererat hubungan kekeluargaan.Misalnya, anak laki-laki dari seorang perempuan Sumba boleh menikahi anak gadis dari saudara laki-lakinya. Pada umumnya, perkawinan sedarah merupakan hal yang tidak wajar bagi kebanyakan orang, namun menjadi wajar dan sah-sah saja bagi orang Sumba.Tradisi ini bukanlah menjadi suatu kewajiban yang harus ditaati oleh orang Sumba. Namun jika ada hubungan antara “anak om dan anak tante” (sepupuan) yang sedang terjalin, maka bagi orang Sumba hubungan tersebut sangat diperbolehkan.

Tradisi Cium Hidung

Tradisi unik yang bisa ditemukan ketika berkunjung ke Pulau Sumba adalah tradisi cium hidung atau “pudduk” (dalam bahasa Sumba Timur). Tradisi ini merupakan tradisi yang sudah diwariskan turun temurun oleh leluhur orang Sumba. Tradisi cium hidung bagi Orang Sumba merupakan simbol kekeluargaan dan persahabatan yang sangat dekat. Selain itu, jika ada pihak yang berseteru dan ingin berdamai, maka akan dilakukan cium hidung yang merupakan simbol perdamaian.

Tradisi cium hidung dilakukan dengan cara menempelkan dua hidung yang mengisyaratkan bahwa dua individu seakan sangat dekat dan tidak ada jarak. Walaupun tradisi cium hidung ini sudah menjadi adat istiadat dan kebiasaan bagi Orang Sumba, namun tradisi ini tidak dapat dilakukan pada sembarang tempat dan waktu. Tradisi ini dapat dilakukan hanya dalam acara-acara tertentu, seperti saat proses pelaksanaan tradisi perkawinan, pesta pernikahan, ulang tahun, hari raya besar keagamaan, pesta adat, kedukaan dan acara perdamaian.

Festival Budaya dari Thailand yang Cukup di Kenal

Festival Budaya dari Thailand yang Cukup di Kenal – Setiap bulannya Thailand menyelenggarakan berbagai festival budaya yang dapat dinikmati oleh penduduk lokal maupun wisatawan internasional. Berbagai festival tersebut telah menarik banyak rolet wisatawan untuk berkunjung dan menambah pendapatan bagi penduduk lokal. Oleh karenanya, Kementerian Kebudayaan (Ministry of Culture) Thailand semakin gencar dan terus berupaya untuk mempromosikan pariwisata Thailand. Diantaranya dengan memilih 16 festival budaya Thailand untuk dapat dipromosikan lebih luas ke panggung internasional. Hal ini sejalan dengan arah pengembangan sektor pariwisata Thailand menuju pariwisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Juga skema promosi pariwisata yang fokus pada lima kekuatan (5F soft power), yaitu: makanan (food), film, festival, beladiri (fight), dan fashion. Keenam belas festival Thailand yang dipromosikan ke dunia, yaitu:

Bun Ban Klang Festival, Chon Buri

Pada festival ini, Anda akan menemukan penduduk setempat meletakkan makanan di atas daun pisang yang dipotong kotak untuk menangkal nasib buruk. Acara ini berlangsung dari Maret-Juni 2023.

Baca Juga : Budaya Kehidupan Masyarakat yang Tinggal di Thailand

Vesak Day Festival, Mae Hong Son

Dikenal sebagai Nataya Heng-sattha Gingala Nom Bucha Visakhaburamee, ini merupakan upacara khusus yang diadakan pada Hari Waisak, hari suci bagi umat Buddha dan beberapa umat Hindu.

Tak Baht Dok Mai Khao Phansa (Festival of Floral Offerings), Saraburi

Upacara tradisional yang ditandai dengan pemberian bunga Khao-Phansa putih kepada biksu, juga dikenal sebagai Dok Hong Hern (bunga angsa terbang), diadakan setiap tahun pada Khao Phansa atau Buddhist Lent Day.

Phaya Sri Satta Nakarata Worship Ceremony, Nakhon Phanom

Sebuah upacara keagamaan slot gacor 777 untuk Naga yang diyakini tinggal di Mekong River di halaman serbaguna Phaya Si Sattanakarat, diabadikan di tepi Mekong River. Acara ini berlangsung pada Juli 2023.

Hom Heet Toi Hoy Roi Jai Tai Lue (Tai Lue Local Festival), Phayao

Acara ini menghormati komunitas etnis Tai Lue dan tradisi khasnya. Berlangsung di Wat Phrathat Sob Waen: Temple of the Tai Lue Culture, Chiang Kham Town, Yuan, Chiang Kham District, Phayao. Acara berlangsung dari tanggal 15-16 Juli 2023.

Phetchaburi City of Gastronomy Festival, Phetchaburi

Acara lainnya untuk pecinta makanan, di mana mereka dapat menikmati masakan lokal yang lezat.

Khom San Duang Festival, Lamphun

Merupakan festival seratus ribu lentera. Ini adalah perayaan indah karena Anda dapat melihat banyak lentera dilepaskan ke langit selama Loi Krathong Festival di Wat Phra That Haripunchai Woramahawihan.

Chao Mae Lim Ko Niao Festival, Pattani

Festival balik ke kampung halaman yang penuh warna untuk keturunan Tionghoa di provinsi Pattani. Tahun ini, acara berlangsung pada 2-8 Februari.

Ban Chiang World Heritage Festival, Udon Thani

Perayaan sejarah kawasan aztec gems slot Ban Chiang yang terdaftar sebagai World Heritage Site, yang dianggap sebagai pemukiman prasejarah paling penting di Asia Tenggara. Tahun ini, acara berlangsung pada 10-12 Februari.

Hok Peng Festival to Worship Phra That Chao Phu Phiang Chae Haeng, Nan

Ritual pemujaan di Wat Phra That Chae Haeng, Phra Aram Luang, di distrik Phu Phiang. Tahun ini, acara berlangsung dari 28 Februari hingga 6 Maret.

Hae Malai Khao Tok Festival, Yasothon

Sebuah perayaan budaya di mana ribuan karangan bunga buatan tangan ditampilkan di atas kendaraan hias. Tahun ini, acara berlangsung dari tanggal 1-5 Maret di lapangan acara di depan Mahachanachai District Office.

Hae Phra Khuen That Festival, Nakhon Si Thammarat

Perayaan ini terlihat dari pembungkusan kain kuning suci yang panjang di sekitar dasar stupa di Phra Mahathat Woramahawihan. Wat Phra Mahathat. Tahun ini, acara berlangsung dari 2-6 Maret.

Korat Street Art, Nakhon Ratchasima

Pameran yang penuh warna untuk merayakan karya kreatif seniman daerah.

Sdok Kok Thom Festival, Sa Kaeo

Festival ini menyoroti kastil bersejarah Sdok Kok Thom Khmer yang terkenal.

Kram & Craft Sakon Festival, Sakhon Nakhon

Festival untuk merayakan kreativitas budaya masyarakat setempat, yang melibatkan penggunaan tumbuhan alami untuk mewarnai kain.

Phuket Food (Creative City of Gastronomy) Festival, Phuket

Festival yang cocok bagi para pecinta makanan karena akan ada banyak makanan lokal maupun internasional untuk dinikmati.

Budaya Kehidupan Masyarakat yang Tinggal di Thailand

Budaya Kehidupan Masyarakat yang Tinggal di Thailand – Pada dasarnya, setiap negara spaceman slot memiliki budayanya masing-masing, termasuk Thailand. Adapun salah satu budaya di Thailand adalah tradisi makannya, yaitu meletakkan sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri.Seperti yang disebutkan Zulfikar dalam Pengolahan dan Penyajian Makanan Negara Thailand, etika makan di Thailand yang sopan adalah memegang sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri. Untuk memahami lebih lanjut mengenai budaya di Thailand yang harus diketahui wisatawan, baca artikel ini sampai habis. Budaya adalah ciri khas suatu daerah yang berasal dari kebiasaan turun-temurun. Budaya ini bisa menjadi ciri khas dari suatu daerah atau negara. Salah satu negara yang kaya akan budaya adalah Thailand. Adapun sejumlah budaya di Thailand yang perlu diketahui di antaranya:

Etika Makan

Contoh budaya di Thailand yang terakhir adalah slot depo 10k terkait etika makan. Orang Thailand umumnya makan menggunakan sendok dan garpu. Sementara itu, sumpit digunakan untuk makan mi yang tak tercampur dengan makanan lain. Adapun untuk menjaga sopan santun saat makan, tangan kanan harus memegang sendok, sementara sumpit di pegang di tangan kiri.Di samping itu, makanan yang diperbolehkan menggunakan sendok adalah jenis makanan yang tak bisa dimakan dengan nasi, seperti potongan buah.

Festival Songkrang dan Kin Jay

Contoh budaya di Thailand berikutnya adalah Festival Songkrang dan Kin Jay. Festival Songkrang dilaksanakan setiap tanggal 13-15 April gang berbentuk perang air. Biasanya, air yang digunakan dalam Festival Songkrang adalah bekas untuk membersihkan patung Buddha. Adapun tujuannya adalah untuk menyucikan diri. Berbeda dengan Festival Songkrang, Festival Kin Jay merupakan perayaan yang diadakan di Phuket. Festival ini berbentuk ritual tidak menyantap daging selama 10 hari yang dilaksanakan pada akhir September hingga awal Oktober.

Upacara Penyambutan

Contoh budaya di Thailand berikutnya slot bet 200 adalah upacara penyambutan atau disebut juga dengan istilah Wai. Upacara adat ini biasa dilakukan saat ada wisatawan yang berkunjung. Adapun bentuk upacara penyambutannya adalah dengan merapatkan kedua tangan di depan dada, lali membungkuk sebagai ucapan salam. Upacara penyambutan ini juga bisa dilakukan untuk mengucapkan terima kasih.

Muay Thai

Salah satu budaya di Thailand adalah Muay Thai. Jenis aktivitas fisik ini berasal dari Thailand dan cukup populer di dunia. Bentuk dari Muay Thai sendiri adalah seni bela diri yang dilakukan dengan memusatkan pada tulang siku di tangan serta kaki. Selain itu, gerakan dari Muay Thai juga diadaptasi dari gerakan gajah.

Festival Songkrang dan Kin Jay

Contoh budaya di Thailand berikutnya adalah Festival Songkrang dan Kin Jay. Festival Songkrang dilaksanakan setiap tanggal 13-15 April gang berbentuk perang air. Biasanya, air yang digunakan dalam Festival Songkrang adalah bekas untuk membersihkan patung Buddha. Adapun tujuannya adalah untuk menyucikan diri. Berbeda dengan Festival Songkrang, Festival Kin Jay merupakan perayaan yang diadakan di Phuket. Festival ini berbentuk ritual tidak menyantap daging selama 10 hari yang dilaksanakan pada akhir September hingga awal Oktober.